Like Like

Senin, 18 Juli 2011

*banting setir*

Setelah lulus dari smk telkom, gue di hadapkan akan beberapa pilihan untuk kelanjutan hidup gue , sebagai siswa "Sekolah Menengah Kejuruan" gue seharusnya sudah siap untuk bekerja, ya'.. karena begitulah SMK, tapi ga' semua siswa yang lulus siap akan hal itu dan gue adalah salah 1 nya.
beberapa temen gue pun ada yang melanjutkan kerja, ada yang kuliah, ada yang stres karena ga' dapet kuliahan, ada juga yang melanjutkan ke KUA untuk menikah karena bingung harus dengan apa mereka membuang waktunya.
gue yang lulus pun juga harus memilih salah 1 opsi di atas dan akan gue ceritain dengan rinci.

1. kerja : aslinya sih gue sudah di tawarin menggantikan posisi bokap gue di bidang teknik mesin yang dia geluti (bukan seperti tukang pukul menggunakan mesin-mesin berat) saat ini, tapi gue merasa bukan disini jiwa gue. nyokap pun bilang "kamu lo ta' liat pinter ngotak-ngatik semua barang" emang sih dari kecil gue suka banget ngotak-ngatik mesin. seperti mesin mainan gue, bongkar (ga' bisa masang) robot-robotan gue dan banyak korban kebusukan tanggan gue. jadi inget radio control pertama yang bokap beliin.
saat itu gue masih 7/8 tahunan, di mana filem "Maha GO" sangat populer saat itu.


di cerita itu pun, jika mobil masuk pit stop para kru pun mulai me ngecek mobilnya, mengganti ban nya, membuka kap mobilnya dan ada adegan saat itu mesin mobil GO terbakar dan harus ganti mesin di pertandingan itu.
gue pun ga' mau kalah, gue ngajakin balapan temen-temen gue (gue pakek mobil remot control dan mreka pakek mobil jeruk bali mreka tentunya #sedikitsombong)
arenanya gang rumah gue, 2 lap, yang duluan sampai garis finish dia yang menang.
mereka pada asik lari-lari narik mobilnya biar bisa jalan dan gue.... gue cuma diem dan cukup mencet tombol maju mobil gue sudah jalan dengan sendirinya. (sombong lagi)
dan setelah pertandingan itu selesai (dengan gue sebagai pemenangnya #sombong lagi) gue pun ingin meniru Maha GO.
dengan gaya sok tau gue copotin ban nya, gue congkel mesinnya, gue silet cap mobilnya yang terbuat dari plastik itu hingga terbuka, dan pada akhirnya gue sadar mainan baru gue sudah ga' bisa pakek lagi(sudah ga' bisa sombong).
mungkin ini yang nyokap gue bilang kalo gue suka bongkar-bongkar mesin dan hasilnya hancur, gue ga' mau usaha yang sudah susah payah di dirikan bokap gue hancur di tangan gue karena itu bukan jiwa gue.

2. Menikah : singkat aja, gue masih belum laku.(-_-")("-_-)

3. Kuliah : nah ini, kuliah.. jauh sebelum gue lulus pun gue berusaha berfikir (walau sebenenya kaga' punya otak).
terjadi perbincangan dalam diri gue.
gue : "mau nerusin di mana ini gue ya.?"
gue *iblis (semacam pocong bermuka babi) : udah di pikir nanti aja....
gue *malaikat (semacam mamalia berhidung datar dengan sayap putih dan menggunakan rok balet) : iya di pikir nanti aja (lah?)

bahkan sisi baik dalam diri gue pun adalah seorang pemalas. ini masalah besar buat gue, penentuan yang sangat menentukan kelangsungan hidup gue ke depannya.
sekali lagi gue mencoba berfikir (dengan tidak merubah kenyataan bahwa gue ga' punya otak). kuliah = jalan menuju kerja menurut gue.
di zaman yang menurut gue penuh persaingan ini gue kudu mencari sesuatu yang mudah menurut gue.
di lain sisi gue melihat temen-temen gue yang banyak daftar kuliah dengan mengambil jurusan yang berbau IT.
gue jadi mikir "dari skolah gue aja banyak banget yang minat apa lagi dari skolah lain" gue ga' tau mesti ber saing dengan berapa ratus orang (dengan otak minim gue) jika gue mau ambil jurusan yang berbau IT.
saat gue lagi makan gue teringat akan cacian orang tentang gue, "iz.. iz.. hidup kok makan tok" dan karena otak gue kebalik, gue pun membolik-balik kata itu dan menjadi "makan tok kok bisa hidup".
makanan bisa ngehidupi gue, dan gambaran resto muncul di otak gue.
"gue harus jadi koki" (karena cuma masak dan makan yang gue bisa.)
mulai hari itu gue langsung membanting setir dari SMK telekomunikasi ke arah tata boga, dari yang berbau IT menjadi bebau bawang, gue pun mantepin hati gue dan gue bakal serius di bidang ini.
dan ga' lepas dari pertanyaan "lu gila ya, kenapa dari IT ke makanan?" "kok ga' dari dulu aja masuk SMK yang menjuru ke bidang boga?"
pertanyaan itu gue jawab dengan tatapan kosong "dulu gue masih labil dan kalo' masalah skolah IT, ilmu itu ga' percuma, gue bisa buka resto dengan jaringan Wi-Fi"

menurut gue apa pun pilihan orang itu sama aja, semua ada resiko dan butuh perjuangan di dalamnya, tinggal gimana tekat lu memperjuangin itu.
yah saya harish faiz dan ini lah hitam putih. (lah??????)